Lewati navigasi

Aku tidak pernah tahu rasanya memiliki trauma, juga tidak pernah mengerti bagaimana rasanya jadi korban. Tapi aku tahu bagaimana rasanya disakiti dan memelihara ingatan tentangnya. tapi aku paham satu hal, tetap hidup dengan kepala tegak setelah kedaulatan dan kemerdekaan tubuh dirampas adalah sebenar-benarnya perjuangan. Ia membutuhkan segala daya hidup dan semangat untuk bertahan.

Aku mencintaimu, tapi itu tak penting. Tak pernah lebih penting daripada usahamu untuk terus tampak bahagia dihadapan orang-orang yang kamu sayangi. Aku tahu itu, kita paham ini, bahwa seringkali untuk menghadapi tragedi masa lalu tangisan tidak punya nilai. Tetap tegak dan berpikir lurus adalah satu-satunya jalan agar hidup tetap punya nilai. Ketimbang meratap kau lebih memilih untuk tetap tersenyum dan memelihara akal sehat.

Kamu mencoba untuk bertahan, tapi bayang-bayang juga rupa masa silam masih tetap hadir. Ia datang serupa pasukan bayonet diam-diam menyerang saat kamu lelah dan kesepian. Masuk dalam mimpi-mimpi yang membuatmu membenci dirimu sendiri. Tapi kamu tetap bertahan sayang, kamu tetap kuat, kamu tetap bertahan dan enggan mengalah. Kamu adalah penyintas, orang yang mampu berhatan menghadapi kengerianmu sendiri.

Kamu masih tetap tersenyum, bicara dengan tenang dan berusaha agar kesedihanmu tidak nampak pada orang lain. Cintamu yang demikian ini membuat akal sehat seperti tidak ada artinya. Tapi aku tahu dibalik cangkang maha keras itu kamu boleh jadi masih rapuh, lemah dan tidak berdaya. Kamu menolak tunduk pada kelemahan tadi. Lantas membuat dirimu sendiri menjadi yang lain, berusaha mengembangkan sosok hidup yang lain. Untuk itu sayang, untuk itu aku tak ingin membiarkanmu sendirian.

Kepada kamu, yang tengah berjuang melawan kengerian, kamu tidak sendiri. Aku mencintaimu.

Tinggalkan komentar